Minggu, 24 April 2016

Unknown

BSM | Makalah Pertama

Membedah Shirathal Mustaqiem 1

KATA PENGANTAR

بسم الله الرحمن الرحيم
Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku, akhir-akhir ini, bahkan mungkin semenjak dari dulu, banyak umat Islam yang ingin mencari kebenaran di antara banyaknya firqoh-firqoh atau aliran-aliran di dalam Islam. Artinya, manakah aliran Islam yang benar  itu?.

Namun, mereka banyak yang mengalami kebingungan, sebab masing-masing dari setiap firqoh atau aliran pasti mengaku, bahwa hanya golongannyalah yang paling benar; dan masing-masing dari mereka mendasarkan atas pengakuannya itu pada sebuah hadits yang sama, yaitu:

سَتَـفْتَرِقُ أُمَّتِيْ عَلَى ثَلاَثَـةٍ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَـةً كُلُّهُمْ فِي النَّـارِ إِلاَّ الْوَاحِـدَةْ .

“Umatku akan pecah menjadi 73 golongan, semuanya di dalam Neraka, kecuali hanya satu golongan saja!.”

Nah, dengan berdasarkan hadits tersebut, masing-masing dari mereka mengaku, bahwa dialah yang satu golongan itu. Artinya, hanya dialah yang selamat dan masuk surga.

Akan tetapi, bila masing-masing dari mereka ditanya akan kepastiannya, yakni “apakah golongan di luar anda itu pasti masuk Neraka?, dan golongan anda pasti masuk surga?,” anehnya mereka tidak berani menjaminnya.

Dan anehnya lagi, bila mereka ditanya, kenapa umat Islam ini kok bisa berbeda-beda sehingga menjadi bergolong-golongan dan beraliran-aliran?. Mereka menjawab, bahwa “perbedaan itu adalah rahmat”. Lalu mereka mendasarkan jawabannya itu juga pada satu hadits yang sama, yaitu:

اِخْتِـلاَفُ أُمَّتِيْ رَحْمَـةٌ .
“Perbedaan pendapat di antara umatku adalah rahmat!.”

Duh saudaraku, sepertinya ada yang ganjil di antara dua hadits tersebut. Sebab, hadits yang satu mengatakan, bahwa hanya satu golongan saja yang selamat, namun di hadits yang satu lagi dikatakan, bahwa perbedaan itu adalah rahmat. Padahal, sebab terjadinya umat Islam ini bergolong-golongan dan beraliran-aliran, yang akibatnya saling menyesatkan, membid’ahkan, mengkafirkan, bahkan saling menghalalkan darah di antara mereka, adalah dikarenakan dari saking banyaknya perbedaan pendapat tersebut. Sehingga, bagaimana bisa dikatakan sebagai rahmat?.

Dan jika merupakan rahmat, maka mestinya masing-masing dari mereka harus bersyukur kepada Allah atau mengucapkan alhamdulillah, bila telah lahir aliran-aliran yang baru di dalam Islam; Bahkan aliran baru tersebut mestinya mendapatkan karangan bunga sebagai tanda ucapan selamat; bukan kok lalu dimusuhi; yang kadang-kadang di antara mereka ada hubungan yang sangat dekat, misalnya keluarga, teman, tetangga, guru, murid, dan lain sebagainya; dan yang lebih jelas dari itu adalah hubungan satu agama; Dan bahkan hingga melakukan perusakan terhadap sarana dan prasarana ibadah yang tidak salah apa-apa. Dan bahkan lagi, dengan menggunakan masa yang juga tidak mengerti betul apa persoalannya. Dan bahkan lagi, menggunakan pengaruh dan kekuasaan seseorang dalam menghancurkannya.

Kemudian, jika kita fikir dengan fikiran kita yang waras, seandainya sabda Nabi tersebut memang demikian artinya, maka berarti, bila umat Islam ini menjadi satu pendapat, maka pasti akan menyebabkan turunnya adzab, sebab lawan dari rahmat adalah adzab. Dengan kata lain, jika perbedaannya adalah rahmat, maka berarti kesepakatannya adalah merupakan adzab!. Mungkinkah demikian!?.

Iya, kami sangat yakin, hadits di atas perlu diteliti keshohihannya, atau mungkin bukan begitu maksudnya. Sebab, kita saja mempunyai peribahasa: “Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh”.

Di samping itu, telah menjadi suatu kebiasaan, bahwa jika di antara kita telah terjadi silang pendapat, maka kita pasti segera mengadakan musyawarah untuk mufakat, artinya tidak berlarut-larut dalam silang pendapat terus. Begitu pula, di dalam bahasa jawa ada satu istilah yang sangat bagus, yaitu: “Ono rembug dirembug, ono etung dipetung.” Artinya, ada persoalan dibicarakan, ada masalah dipecahkan. Sehingga dengan ini, pada akhirnya tetap hanya satu pendapat saja yang disepakati.

Akan tetapi, kenyataan yang ada, umat Islam ini dari dulu hingga sekarang tidak pernah satu pendapat. Malah lucunya ada yang beranggapan, bahwa semua pendapat ulama’ itu walaupun saling berbeda, bahkan saling bertentangan, semuanya adalah benar, dan itu merupakan rahmat bagi kita, artinya terserah kita mau pilih yang mana.

Duh saudaraku, mungkinkah satu dengan yang lain saling berbeda bahkan saling bertentangan kok dianggap benar semua dan merupakan rahmat?. Bukankah yang benar itu hanya satu saja?. Apalagi telah kita ketahui, bahwa agama Islam ini lahir di saat adanya banyak perpecahan dan perselisihan, lalu disatukan oleh Rasulullah Saw.. Nah, timbulnya perbedaan-perbedaan, golong-golongan, aliran-aliran di antara umat Islam ini adalah setelah beliau itu tiada.

Dengan demikian, berarti Nabi Saw. hanya mengajarkan persatuan, bukan perbedaan, perselisihan ataupun perceraiberaian. Sebab, bila sudah timbul perbedaan dan perselisihan, jika tidak terselesaikan, maka lama-lama pasti akan mengakibatkan bergolong-golongan, ber-aliran-aliran, dan akhirnya menuju perceraiberaian.

Maka dari itu, jelas, bahwa banyaknya perbedaan, perselisihan, aliran-aliran dan golong-golongan di dalam Islam ini, pasti bukan dari Islam sumbernya. Karena Allah Swt. dan Rasul-Nya sangat melarang dengan keras adanya hal-hal tersebut.

Allah Swt. berfirman:
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا .

“Dan berpegang teguhlah kamu sekalian dengan tali Allah, dan janganlah bercerai-berai.” 1

وَلاَ تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِنْ بَعْدِ مَا جَـاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَأُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ()

“Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai berai dan berselisih sesudah datangnya keterangan yang jelas kepada mereka; mereka itu orang-orang yang mendapat siksa yang berat.”2

إِنَّ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا لَسْتَ مِنْهُمْ فِي شَيْءٍ إِنَّمَا أَمْرُهُمْ إِلَى اللَّهِ ثُمَّ يُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوا يَفْعَلُونَ ()

“Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya, dan mereka menjadi bergolong-golongan, maka tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu (Muhammad) terhadap mereka, sesungguhnya urusan mereka hanyalah berpulang kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahu mereka, apa yang telah mereka perbuat.”3

Dan masih banyak lagi ayat-ayat seperti itu.

Jika demikian:
-          Manakah ajaran Islam yang benar dan yang dapat dijamin kebenarannya?.
-          Apakah yang kita fahami dan yang kita jalankan selama ini?. Atau, apakah mungkin yang difahami dan yang dijalankan oleh saudara kita sesama muslim namun di luar kita?.
-          Dan pada akhirnya, mungkinkah kita yang benar?. Atau, mungkinkah malah yang di luar kita itu yang benar?.

Karena itu, dengan segala kerendahan hati, kami mengajak saudaraku untuk sama-sama mencari kebenaran. Dan Insya Allah, caranya dapat saudara temukan di dalam makalah ini.

Kami yakin, bahwa kita seluruh umat Islam, di dalam setiap sehari semalam, minimal 17 kali, pasti memohon kepada Allah Swt. di dalam shalatnya dengan mengatakan:

اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ () صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ ()

“Ya Allah!, tunjukilah kami jalan yang lurus. Yaitu, jalannya orang-orang yang telah Engkau beri nikmat atas mereka; bukan jalannya orang-orang yang Engkau murkai; dan bukan pula jalannya orang-orang yang tersesat.” 4

-          Nah!, jalan siapakah itu?. Dan Jalan yang manakah itu?.
-          Siapakah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah Swt. itu?. Dan siapakah orang-orang yang telah dimurkai oleh Allah Swt., serta siapa pula orang-orang yang tersesat itu?.

Kami ucapkan selamat mengkaji dan memahaminya. Semoga Allah Swt. memberikan taufiq dan hidayah kepada kita, sehingga kita segera dapat menemukan jalan yang lurus dan benar, yang bersumber dari ajaran Islam yang benar. Agar hidup kita menjadi tenang, tentram, damai, selamat, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Amien.

Wassalamualaikum wr. wb.

Moh. Sulaiman Marzuqi.



1 QS. Al-Imran : 103.
2 QS. Al-Imran 105.
3 QS. Al-Anam : 159.
4 QS. Al-Fatihah :  6-7.